Jumat, 26 Juli 2013

TAUHID YANG BENAR MENGHILANGKAN PERSELISIHAN



Jika kita kembali kepada Sejarah sejak zaman Rosulullah Saw membawa Islam ketengah-tengah Manusia, maka Islam itu adalah suatu Agama yang Satu untuk seluruh Umat Manusia. Walaupun banyak manusia itu yang tidak mau menerima kehadiran Islam ditengah-tengah mereka.
Akan tetapi dari sini kita bisa menarik kesimpulan bahwa Islam itu adalah Agama yang membawa manusia kepada yang Satu yaitu Allah Swt. Islam adalah Agama yang memusnahkan perbedaan, perselisihan, pertengkaran yang mengakibatkan perpecahan. Sungguh-sungguh sangat Ironis sekali jika mereka yang mengaku beragama Islam tetapi dalam praktek keagamaan selalu saja mengundang perselisihan dan pertikaian.
Kenapa bisa demikian? Karena mereka bukan lagi melihat Islam adalah Agama pembawa Rahmat melainkan mereka menjadikan Islam itu sebagai suatu golongan dan aliran. Sehingga masing-masing golongan dan aliran itu mempertahankan daripada keyakinannya masing-masing, menganggap keyakinannya itulah yang benar, begitupun golongan yang lain juga menganggap demikian.
Jika demikian halnya apakah ini bukan suatu jalan yang membawa perselisihan dan perpecahan?

Dan prinsip inilah yang sudah terjadi dan sedang terjadi setelah Rosulullah Saw Wafat. Bahkan sampai saat ini perbedaan di dalam tubuh Islam itu sendiri semakin banyak dan semakin membuat runcing perselisihan yang berakibat perpecahan Umat Islam. Padahal Allah Swt. Mengingatkan di dalam Firmannya : Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”. (QS, Ali ‘Imran :103)
Sudah jelas dinyatakan Allah di dalam Ayat tsb bahwa untuk menghilangkan perselisihan itu haruslah berpegang teguh kepada tali (agama) Allah. Apa tali agama Allah itu? Yaitu “LAA ILAA HA ILLALLAH”.
LAA ILAA HA ILLALLAH adalah suatu Kalimah Tauhid, Kalimah yang menegaskan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, tidak ada yang Maha Benar selain Allah, tidak ada yang Maha Mengetahui selain Allah, tidak ada yang Maha Sempurna selain Allah, tidak ada yang Maha Bijaksana selain Allah, tidak ada yang Maha segala Maha selain Allah.
Jika manusia itu mengerti dan mau menyadari didalam Kalimah Tauhid itu tentu tidak akan ada perselisihan di dalam Islam sendiri. Sebab Kalimah tsb adalah Kalimah yang menghacurkan dan meruntuhkan ke Egoan dan kesombongan. Jika ada manusia merasa paling benar, paling mengetahui (‘Aliim), paling Sempurna (Kamil), paling Bijaksana maka berarti mereka itu telah sombong kepada Allah dan sudah tentu mereka itu tidak termasuk kedalam Ketauhidan. Dengan demikian wajarlah terjadi perselisihan itu, pertikaian itu, perpecahan itu dikarenakan mereka telah sombong dan bangga dengan Atribut yang ada pada dirinya.
Jika sudah demikian pantaskah mereka itu mengaku Umat Muhammad Rosulullah Saw?
Tentu jika kita mau memikirkan dan merenungkannya bahwa Rosulullah Muhammad Saw adalah Nabi pembawa Rahmat (Kasih Sayang), jika ada yang mengaku Umat dari pada Rosulullah Saw maka ia pun harus menjadi Rahmat.
Manusia itu berlaku di Alam Dunia ini hanya terbagi menjadi dua bagian saja, yaitu : jika tidak menjadi Rahmat berarti menjadi Laknat.
Jika ia termasuk orang yang menjadi Rahmat maka ia pantas di sebut Umat Rosulullah Muhammad Saw.
Tetapi jika ia termasuk orang yang menjadi Laknat maka ia pantas menjadi Umat dari pada Iblis dan Syaitan.
Seandainya Rosulullah Muhammad Saw masih Hidup ditengah-tengah kita, hadir ditengah-tengah kita apakah kita tidak malu kepada Beliau? Mengaku Islam, ber Iman dan mengaku Umat Muhammad tetapi tidak menebarkan Rahmat malah menebarkan Perselisihan dan permusuhan. Sungguh, suatu hal yang sangat disayangkan sekali.
Karena itulah siapapun ia dimanapun posisinya dalam Islam, jika masih terdapat ke Egoan dan kesombongan maka Islamnya belumlah sesuai dengan kenyataan. Walaupun ia termasuk orang ber Ilmu sekalipun, besurban dan bejubah tapi masih merasa ia yang paling benar diantara yang lain, merasa paling tahu diantara yang lain merasa paling sempurna diantara yang lain maka berarti ia bukanlah Umat Muhammad Rosululah Saw yang sebenarnya.
Itulah yang menyebabkan Rosulullah Saw pernah menangis begitu mengetahui bahwa Umat Beliau itu hanya 1 dibanding 999.
Yang Satu itu adalah mereka yang benar-benar mengerti tentang ketauhidan yang sebenarnya, ketauhidan yang membawa Rahmat mengikat kepada Kalimah LAA ILAA HA ILLALLAH dan meniadakan perselisihan. Mengembalikan segala sesuatu perkara kepada Allah karena segala sesuatu urusan itu Allah lah yang berhak menilai benar atau tidaknya dan menjadikan Muhammad Rosulullah Saw sebagai Saksi yang menyaksikan atas dirinya.
“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat”.(QS, Ali ‘Imran : 105)
“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik- baik Penolong”. (QS, Al Hajj : 78)