Jumat, 26 Juli 2013

SALAHKAH APA YANG KU KETAHUI DAN KU YAKINI…?



Setelah sekian lamanya aku mengembara, berjalan melangkahkan Jiwa dari satu perbendaharaan Ilmu ke perbendaharaan Ilmu yang lebih luas dan tanpa Batas untuk bertemu kepada “Kebenaran Hakiki” akhirnya pandangan Musyahadah ku tertuju kepada “Sang Pemilik Ilmu”.
Apapun yang kulihat di dalam perbendaharaan Ilmu itu, semuanya hanyalah jalan/perjalanan untuk sampai kepada “Kebenaran Hakiki”.

Perbendaharaan Ilmu Syari’at dengan segala sesuatu aturan-aturan dan hukum-hukumnya dalam pandangan Musyahadahku, itu semuanya adalah perhiasan dari pada Lahiriah yang menunjukkan tentang Af’al (Perbuatan) bagi Allah.
Perbendaharaan Ilmu Tarikat dengan segala sesuatu adab dan tata cara lelaku dalam pandangan Musyahadahku, itu semuanya adalah Alat Pembersih dari pada Jiwa yang menunjukkan tentang Asma’ (Nama) bagi Allah.
Perbendaharaan Ilmu Hakikat dengan segala sesuatu Nikmat di dalamnya pada pandangan Musyahadahku, itu semuanya adalah Rasa dan Perasaan yang menunjukkan tentang Sifat Allah.
Perbendaharaan Ilmu Ma’rifat dengan segala rahasia Cinta Kasih dalam pandangan Musyahadahku, itu semuanya adalah Tanda-tanda Ridhonya Allah yang menunjukkan tentang Zat Allah.
Setelah Aku melewati Perbendaharaan Syari’at, Tarikat, Hakikat dan Ma’rifat, dengan melalui perjuangan (Mujahadah) akhirnya Aku tidak tahu harus kemana lagikah jalan yang harus kulalui. Lalu kemudian seolah-olah ada suara di dalam Batinku yang terdalam yang menyarankan agar Aku meneruskan pengembaraan ke dalam diriku sendiri. Lalu mulailah Aku melakukan pengembaraan kedalam Jiwaku sendiri sampai ke Dasar Jiwa yang terdalam.
Disitu aku tidak melihat lagi akan diriku sendiri begitu juga sesuatu yang lain yang ada di luar dari diriku.
Dalam pandangan Musyahadah itu yang terlihat hanyalah “Sang Pemilik Ilmu” yang sedang “Tersenyum” dan “Memberi Salam” dengan ucapan : “Salaamun Qoulammirrobbirrohiim….”. Kemudian DIA berkata dengan perkataan yang tiada huruf dan tiada suara (La Hurufin wa La Sautin) : “Akulah yang kamu Cari” dan “Akulah Kebenaran Hakiki itu”. Aku lah “Sang Pemilik Ilmu itu”. “Aku adalah Aku” yang tidak ada yang bisa menyerupai-Ku. Aku lah yang “Esa” yang tidak ada sekutu bagi-Ku. “Aku Nyatakan Diri-Ku atas Rosul-Ku Muhammad sebagai saksi-Ku”, dan segala yang maujud termasuk dirimu adalah “Bukti nyata adanya Aku”. Siapa yang mengetahui akan Bukti Nyata adanya Aku dan mengenal akan Saksi-Ku yaitu Muhammad sebagai kenyataan-Ku maka ia telah melihat dan mengenal akan Aku.
Beberapa sa’at kemudian aku terjaga dari Ektase, lalu kembalilah aku pada ke Insanan ku yang fakir dan dho’if ini seperti semula tetapi aku tidak bisa lupa dengan apa yang sudah kusaksikan dalam Musyahadah itu Dari buka mata sampai tutup mata yang kulihat hanya Ia Sang Pemilik Ilmu yang di katakan “Kebenaran Hakiki”, meliputi tiap-tiap segala sesuatu, tidak berjarak, tidak bertempat dan tidak berwaktu.
Dari situlah : kuketahui dan kuyakini bahwa aku hanyalah manusia yang bodoh dan tidak berilmu serta tidak ada daya dan upaya.