Jumat, 26 Juli 2013

BERMALAM DI DALAM BAITULLAH


Ketika kita berbicara tentang Baitullah, tentu perhatian dan ingatan tertuju kepada Ka’bah yang ada di kota Makkah. Dan kesucian dari pada Ka’bah memang selalu terjaga dan terpelihara. Di mana Ka’bah itu adalah pusat pandang dari pada Kiblat orang-orang Muslim. Pada zaman Jahiliyah Ka’bah merupakan tempat untuk beribadah bagi para Kabilah-kabilah Khususnya di sekitar tanah Arab.
Dan di dalam Ka’bah itu di tempatkan patung-patung berhala sebagai sembahan Orang dikala itu. Ketika di tanyakan kepada mereka tentang Tuhan pencipta sekalian Alam mereka pun mengatakan percaya kepada yang menciptakan segala sesuatu. Adapun patung-patung yang mereka sembah itu hanyalah sebatas refleksi/perwujudan dari pada Tuhan Seru Sekalian Alam.
Ketika Rosulullah Saw di utus ke muka Bumi maka mulailah Rosul memberikan suatu pengarahan kepada mereka bahwa apa yang mereka sembah itu adalah suatu kesalahan yang sangat besar dan sangat fatal sekali.
Dikatakan oleh Beliau bahwa Tuhan Seru Sekalian Alam itu Laisa Kamislihi Syai’un (tidak bisa dimisalkan dengan sesuatu apapun). Tuhan itu bernama ALLAH dan ALLAH itu ESA tidak ada sekutu bagi Nya, meliputi tiap-tiap segala sesuatu.
Lalu berjuanglah Beliau bersama para sahabat-sahabat untuk menghancurkan keyakinan dari pada orang-orang Kafir Quraisy terhadap sesembahannya yang berupa patung itu dan berusaha untuk menghancurkan patung-patung sesembahan mereka.
Kurang lebih 23 tahun lamanya Beliau berjuang dan pada saat Penaklukan Kota Makkah Beliau masuk ke dalam Ka’bah dan menghancurkan patung-patung berhala yang ada didalamnya.
Allah Swt berfirman : “Katakanlah : Akulah Allah yang Esa. Tempat bergantung segala sesuatu. Tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada satupun yang menyamai ke Esaan Ku”.

Begitu jelasnya Allah menyatakan tentang ke Esaan Nya sehingga sesuatu apapun tidak ada yang menyamai Nya. Itulah yang menjadi dasar sehingga di dalam Baitullah itu tidak boleh ada patung dan berhala yang mengisinya.
Akan tetapi setiap Muslim berkeyakinan bahwa Ka’bah itu adalah Baitullah (Rumah Allah). Sehingga mereka yang semata-mata terfokus kepada Bangunan Batu yang di sebut dengan Ka’bah itu tidak menyadari bahwa Allah itu Maha Besar dan rasanya tidak pantas dikatakan bahwa Ka’bah yang terbuat dari batu dikatakan tempat kediaman Allah (Rumah Allah).
Allah Swt Maha Meliputi dan tidak terikat oleh ruang dan waktu bahkan Sayyidina Ali bin Abi Tholib pun pernah mengatakan bahwasanya : “Tdaklah aku memandang akan sesuatu melainkan aku melihat Tuhan di dalamnya”.
Adapun Ka’bah (Baitullah) itu hanyalah sebagai symbol daripada Persatuan Umat Islam, Poros dari pada persaudaraan sesama Muslim.
Pada Hakikatnya bukan Ka’bah yang dipandang, bukan Ka’bah yang dituju, bukan Ka’bah yang dipuja-puja melainkan Allah lah yang meliputi tiap segala sesuatu.
Pada Zahirnya menghadap mereka kepada Ka’bah adalah menunjukkan keta’atan ia kepada Tuhannya bukan menjadikan Ka’bah sebagai sesuatu yang Agung melainkan yang Maha Agung adalah yang memiliki Ka’bah tsb.
Para Sufi dan para Awliya menekankan tentang Baitullah itu sendiri lebih mengarahkan kepada Qolbu.
“Qolbun Mu’min Baitullah”
Agar Qolbunya mencerminkan Baitullah maka bersihkanlah terlebih dahulu qolbu itu dari segala patung-patung berhala. Patung-patung berhala didalam Qolbu itu ialah : Dunia, Harta, Takhta, Pangkat, Kedudukan.
Awliya Allah Al-Qutuburrobbani Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani mengtakan : Dunia boleh engkau ambil sebanyak-banyaknya, Harta dan uang boleh engkau kantongi sebanyak-banyaknya akan tetapi jangan sampai itu semua masuk kedalam Hatimu..!
Hatimu adalah Baitullah, maka cukuplah yang mengisinya hanya Allah Semata.
Mereka yang telah mengosongkan hatinya dari segala sesuatu….. Hanya Allah yang hadiri disitu…. Kemudian ia Tawajjuh kepada Allah dalam Hatinya maka pada Hakikatnya sama halnya ia telah bermalam di dalam Baitullah. Dan tidaklah bagi mereka yang telah bermalam di Baitullah, Allah akan Sayang dan Cinta kepada nya.