Jika
kita kembali kepada Sejarah sejak zaman Rosulullah Saw membawa Islam
ketengah-tengah Manusia, maka Islam itu adalah suatu Agama yang Satu
untuk seluruh Umat Manusia. Walaupun banyak manusia itu yang tidak mau
menerima kehadiran Islam ditengah-tengah mereka.
Akan
tetapi dari sini kita bisa menarik kesimpulan bahwa Islam itu adalah
Agama yang membawa manusia kepada yang Satu yaitu Allah Swt. Islam
adalah Agama yang memusnahkan perbedaan, perselisihan, pertengkaran yang
mengakibatkan perpecahan. Sungguh-sungguh sangat Ironis sekali jika
mereka yang mengaku beragama Islam tetapi dalam praktek keagamaan selalu
saja mengundang perselisihan dan pertikaian.
Kenapa
bisa demikian? Karena mereka bukan lagi melihat Islam adalah Agama
pembawa Rahmat melainkan mereka menjadikan Islam itu sebagai suatu
golongan dan aliran. Sehingga masing-masing golongan dan aliran itu
mempertahankan daripada keyakinannya masing-masing, menganggap
keyakinannya itulah yang benar, begitupun golongan yang lain juga
menganggap demikian.
Jika demikian halnya apakah ini bukan suatu jalan yang membawa perselisihan dan perpecahan?
Dan
prinsip inilah yang sudah terjadi dan sedang terjadi setelah Rosulullah
Saw Wafat. Bahkan sampai saat ini perbedaan di dalam tubuh Islam itu
sendiri semakin banyak dan semakin membuat runcing perselisihan yang
berakibat perpecahan Umat Islam. Padahal Allah Swt. Mengingatkan di
dalam Firmannya : “Dan berpeganglah kamu
semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai,
dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa
Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan
kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu
dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar
kamu mendapat petunjuk”. (QS, Ali ‘Imran :103)
Sudah
jelas dinyatakan Allah di dalam Ayat tsb bahwa untuk menghilangkan
perselisihan itu haruslah berpegang teguh kepada tali (agama) Allah. Apa
tali agama Allah itu? Yaitu “LAA ILAA HA ILLALLAH”.
LAA ILAA HA ILLALLAH adalah
suatu Kalimah Tauhid, Kalimah yang menegaskan bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah, tidak ada yang Maha Benar selain Allah, tidak ada yang
Maha Mengetahui selain Allah, tidak ada yang Maha Sempurna selain Allah,
tidak ada yang Maha Bijaksana selain Allah, tidak ada yang Maha segala
Maha selain Allah.
Jika
manusia itu mengerti dan mau menyadari didalam Kalimah Tauhid itu tentu
tidak akan ada perselisihan di dalam Islam sendiri. Sebab Kalimah tsb
adalah Kalimah yang menghacurkan dan meruntuhkan ke Egoan dan
kesombongan. Jika ada manusia merasa paling benar, paling mengetahui
(‘Aliim), paling Sempurna (Kamil), paling Bijaksana maka berarti mereka
itu telah sombong kepada Allah dan sudah tentu mereka itu tidak termasuk
kedalam Ketauhidan. Dengan demikian wajarlah terjadi perselisihan itu,
pertikaian itu, perpecahan itu dikarenakan mereka telah sombong dan
bangga dengan Atribut yang ada pada dirinya.
Jika sudah demikian pantaskah mereka itu mengaku Umat Muhammad Rosulullah Saw?
Tentu
jika kita mau memikirkan dan merenungkannya bahwa Rosulullah Muhammad
Saw adalah Nabi pembawa Rahmat (Kasih Sayang), jika ada yang mengaku
Umat dari pada Rosulullah Saw maka ia pun harus menjadi Rahmat.
Manusia
itu berlaku di Alam Dunia ini hanya terbagi menjadi dua bagian saja,
yaitu : jika tidak menjadi Rahmat berarti menjadi Laknat.
Jika ia termasuk orang yang menjadi Rahmat maka ia pantas di sebut Umat Rosulullah Muhammad Saw.
Tetapi jika ia termasuk orang yang menjadi Laknat maka ia pantas menjadi Umat dari pada Iblis dan Syaitan.
Seandainya
Rosulullah Muhammad Saw masih Hidup ditengah-tengah kita, hadir
ditengah-tengah kita apakah kita tidak malu kepada Beliau? Mengaku
Islam, ber Iman dan mengaku Umat Muhammad tetapi tidak menebarkan Rahmat
malah menebarkan Perselisihan dan permusuhan. Sungguh, suatu hal yang
sangat disayangkan sekali.
Karena
itulah siapapun ia dimanapun posisinya dalam Islam, jika masih terdapat
ke Egoan dan kesombongan maka Islamnya belumlah sesuai dengan
kenyataan. Walaupun ia termasuk orang ber Ilmu sekalipun, besurban dan
bejubah tapi masih merasa ia yang paling benar diantara
yang lain, merasa paling tahu diantara yang lain merasa paling sempurna
diantara yang lain maka berarti ia bukanlah Umat Muhammad Rosululah Saw
yang sebenarnya.
Itulah yang menyebabkan Rosulullah Saw pernah menangis begitu mengetahui bahwa Umat Beliau itu hanya 1 dibanding 999.
Yang
Satu itu adalah mereka yang benar-benar mengerti tentang ketauhidan
yang sebenarnya, ketauhidan yang membawa Rahmat mengikat kepada Kalimah
LAA ILAA HA ILLALLAH dan meniadakan perselisihan. Mengembalikan segala
sesuatu perkara kepada Allah karena segala sesuatu urusan itu Allah lah
yang berhak menilai benar atau tidaknya dan menjadikan Muhammad
Rosulullah Saw sebagai Saksi yang menyaksikan atas dirinya.
“Dan
janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan
berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka
itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat”.(QS, Ali ‘Imran : 105)
“Dan
berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya.
Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu
dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia
(Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan
(begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas
dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka
dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali
Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan
sebaik- baik Penolong”. (QS, Al Hajj : 78)