Para
Arifbillah yang tidak hanya sekedar mengenal tetapi juga mengerti akan
kedudukan/Martabat Allah, tentu mereka itu telah “Karam” pada Lautan
“Ahadiyah” Allah ‘Ta’ala. Di dalam ke “Karam” annya itu
pandangannya hanya tertuju kepada Allah, baik di muka, di belakang, di
kanan, di kiri, atas, bawah, luar dan dalam. Setiap waktunya selalu
bersama Tuhannya baik di dalam suka maupun duka, baik dalam keramaian
maupun dalam kesendiriannya.
Tidak
banyak orang lain mengetahui tentang rahasia di dirinya, walaupun ia
senantiasa berkumpul di dalam suatu keramaian tetapi Hatinya hanya
bersama Tuhannya. Jiwanya telah merdeka dari segala ikatan-ikatan dunia.
Apakah itu pangkat, kedudukan, harta dan segala Atribut-atribut yang
lain.
Para
pecinta Tuhan telah melepaskan pandangannya baik dari dirinya sendiri
maupun kepada yang di luar dari dirinya, menyendiri di dalam kesendirian
diri dan diam di dalam Hakikat Tuhannya.
Diriwayatkan Nabi Daud as. Sedang menyendiri di dalam Mihrab, setelah ia hanyut dalam kesendirian itu…
Tuhan berkata : “Hai Daud, sedang apakah engkau?”
Daud as : “Ya Tuhanku sesungguhnya Aku sedang menyendiri dalam kesendirianku”
Tuhan : “Apa yang engkau lihat hai Daud?”
Daud as : “Aku pandang akan diriku dalam Musyahadah bahwa tidak ada Daud yang ada hanya
Aku, dan kupandang lagi lebih dalam ‘tidak ada Aku yang ada hanya Engkau ya Robb”
Tuhan : “Hai Daud! Jika demikian berarti engkau telah “Murtad”, Murtad dari dirimu sendiri”
Engkau telah keluar dari dirimu sendiri sehingga tidak ada lagi yang ada pada dirimu,
Dan Engkau nyatakan yang ada hanya “Aku”. Karena itu Engkau telah masuk kedalam
Ke “DIAM” an Sir/Rahasia-Ku, dan Engkau telah sampai kepada-Ku.
Bagi
para penuntut/salik yang berjalan menuju kepada Allah, maka mereka akan
melalui beberapa tahapan-tahapan/kedudukan-kedudukan yang mana akhir
tahapan itu adalah “DIAM”.
“DIAM”
itu adalah suatu Maqom Qodimnya Allah Swt yang mana di sampaikan oleh
beberapa Arifbillah dengan Sir/Rahasia/Singgasana Allah Swt.
Dalam
sebuah kitab “Ad-Durunnafis”, dikatakan bahwa “DIAM” itu adalah Maqom
yang tinggi yaitu Maqom Tuhan Robbul ‘Alamiin pada Singgasana Allah swt.
Di
dalam ke “DIAM”an itu Hakikat Muhammad Saw bermaqom, dan dari situlah
sumber Kalam Allah yang berbunyi : “Kun” dan “ Fayakun”.
Setiap
para Arifbillah di antara para kekasih-kekasih dan Pecinta Sejati
Allah, mereka telah sampai kepada Maqom ke “DIAM” an tsb. Maqom yang
mengangkat Derajad dan Martabatnya kepada “Insan Kamil Mukamil” dan
berkedudukan sebagai Waliyullah yang senantiasa tidak pernah Alfa dari
mengingat Allah baik dalam kesendiriannya maupun dalam keramaiannya.
Adapun untuk sampai pada Maqom tsb, tahapan-tahapan yang harus ditempuh dalam pengembaraan Spiritualnya adalah :
- Fana Fil Mursyid (Lebur dalam keta’atannya dan kecintaannya kepada Mursyid)
- Fana Firrosul (Lebur dalam keta’atannya dan kecintaannya kepada Rosul)
- Fana Fillah (Lebur dalam keta’atannya dan kecintaannya hanya kepada Allah Swt)
- Baqo’ billah (Terbuka Hijab/Tirai kedirian sehingga Sir/Rahasianya bersatu dengan Kebenaran Allah)
- Liqo’ Illah (Bertemu dengan Allah dalam ke “DIAM”annya Allah Swt.
Bersambung…………………….