Ketika
Manusia terlahir ke Alam Dunia, sampai saat ini menjadi manusia yang
berakal tidak sedikit bagi mereka itu yang terlena dengan kehidupan
Dunia dan berbagai macam kemegahan yang ada di dalam Dunia. Sehingga
begitu umur semakin bertambah maka semakin dirinya terdinding oleh
keinginan-keinginan dan hasrat untuk menguasai Dunia ini.
Tanpa
disadari……, bahwa itu semua akan menjadikan ia semakin jauh dari
kesadaran bahwa Allah Swt senantiasa mengawasi dan melihat kepadanya.
Tidak jarang bagi mereka yang terlena oleh keinginan-keinginan itu telah
jatuh kepada perangkap “Hawa Nafsu”, dimana hal itu pada Hakikatnya menjadikan ia orang-orang yang merugi.
Sudah
menjadi hal yang biasa bagi mereka-mereka yang terjebak oleh Hawa Nafsu
tidak menyadari bahwa perbuatan-perbuatannya di Dunia ini apapun yang
di lakukan apakah itu menyangkut urusan Dunia maupun urusan amal ibadah
yang katanya itu adalah urusan Akhirat, maka itu semua bukan
mengantarkan ia semakin dekat dengan Allah, malah menyebabkan ia semakin
jauh dengan Allah.
Semua itu terjadi karena tidak adanya kesadaran pada dirinya tentang Pencipta Seru Sekalian Alam yaitu Allah Swt.
Begitu
ditanyakan kepada mereka tentang Allah, spontan mereka mengatakan bahwa
“Aku berbuat ini….. dan itu…. Semua karena Allah ……, Ibadah yang
kulakuan ini pun semuanya karena Allah …… Sholat ku….., Puasaku…..,
Zakat dan Haji….. itu semua kulakukan karena Allah semata. Dan tidak
jarang di antara mereka dengan bangga dirinya mengatakan bahwa Aku
adalah salah seorang diantara orang-orang yang dekat dengan Allah,
karena aku ini sudah banyak sekali dalam hal ketaatanku beramal Ibadah
baik yang Wajib-wajib maupun yang Sunah-sunah…., bukankah itu adalah
suatu bukti bahwa aku termasuk orang yang dekat dengan Allah…?”kata
mereka”. Dan ada lagi diantara mereka-mereka itu yang menjadikan Kitab
Allah Al-Qur’an dan Hadits-hadits Nabi sebagai bahan untuk tameng
sebagai kebenaran umtuk membenarkan apa-apa yang ia dapatkan dalam
perjalanan ilmu yang telah ia kuasai dan ia pahami baik sewaktu di
sekolah-sekolah umum, pesantren maupun padepokan-padepokan.
Ketahuilah……bahwa
apa-apa yang dilakukan dari segi amal ibadah maupun penuntutan ilmu di
sekolah-sekolah sampai kepada Pesantren dan padepokan-padepokan dan juga
Hafalnya Ayat-ayat Al-Qur’an maupun Hadits-hadits itu semua
sangat…..sangat……sangat….. baik sekali. Akan tetapi yang perlu diketahui
dan dimengerti adalah jangan sampai itu semua di dasari oleh Hawa
Nafsu. Jika perbuatan baik itu di dasari oleh Hawa Nafsu maka
tunggulah….! Maka perselisihan dan pertengkaran akan semakin meluas
serta tidak jarang perdebatan akan berujung pada hujat menghujat, cela
mencela, caci mencaci, fitnah memfitnah. Apakah itu bukan sesuatu yang
membawa Mudhorat? Dan sesuatu yang membawa Mudhorat apakah si pelaku itu
apa tidak berdosa?
Sungguh….,
Hawa Nafsu itu bukan hanya menipu seseorang kepada hal-hal yang
bersifat Duniawi saja melainkan juga dari segi amal ibadah pun Hawa
nafsu bisa menjerat mereka-mereka yang taat dalam amal ibadah. Sehingga
yang tadinya kita fikir kita sudah melakukan sebaik-baiknya dalam
ketaatan amal ibadah ternyata di balik itu ketaatan itu amal ibadah yang dilakukan itu semuanya tidak ada nilai positifnya di pandangan Allah. Karena mereka walau pada lisannya mengatakan “Lillahi Ta’ala (Karena Allah Ta’ala)” tetapi pada kenyataannya apa-apa yang dilakukannya tadi dalam ketaatan amal ibadah bukan “Lillahi Ta’ala (karena Allah Ta’ala)” melainkan “Linnafsii (karena diriku)”.
Untuk
itu….., agar tidak terjebak oleh Hawa Nafsu (keinginan diri), maka
sudah seharusnya mereka mengenal akan Allah dan menyadari bahwa tidak
ada yang berlaku dalam urusan apapun melainkan itu semua karena Allah
Swt semata-mata.
Sadarilah
bahwa kehidupan yang ada pada diri yang disebut dengan Ruh itu adalah
saksi Hidupnya Allah swt, dengan menyadari kehidupan (Ruh) itu maka sama
halnya kita menyadari bahwa Allah itu dekat dengan diri kita. Apakah
Ruh yang ada pada diri itu jauh? Apakah Ruh yang ada pada
diri itu dari buka mata sampai tutup mata kembali ia meninggalkan diri
kita? Ya….ya…. sadarilah, bahwa Ruh itu selalu menyertai dimana kita
berada kemanapun kita pergi dimanapun kita bertempat. Karena Ruh itu lah
sebenar2nya diri kita yang bernama “Fulan”. Jika kita sudah menyadari
bahwa diri kita adalah Kehidupan itu sendiri yaitu Ruh dan Ruh itu
sebagai saksi hidup adanya Allah swt, maka sadarilah……. Jika Ruh itu
tidak jauh melainkan dekat, maka itulah sebagai saksinya bahwa Allah itu
sangat dekat dengan kehidupan kita. Rasakanlah…. Diri kita dan
kenalilah bahwa diri kita itu adalah Ruh dan Ruh itu adalah saksi hidup
Allah.
Kesimpulannya….
Adalah : dengan merasakan bahwa Ruh itu sangat dekat maka sama halnya
kita merasakan Allah itu sangat dekat. Dengan kita merasakan bahwa Ruh
itu selalu menyertai diri kemana saja pergi maka sama halnya kita
merasakan bahwa Allah senantiasa menyertai kita dimana kita berada.
Sadarilah…… dan Renungkanlah………
Di dalam perjalanan Hakikat “merasakan itu sama halnya dengan melihat, bukan dengan mata melainkan dengan Hati melalui rasa”.
Jadi….. dengan kita merasakan Ruh tadi maka sama halnya kita melihat
Allah bukan dengan mata melainkan dengan hati melalui rasa.
Sadarilah……….. dan Renungkanlah……….
Karenanya
itu semua menunjukkan bahwa Allah itu sangat lah dekat sekali…… dengan
diri kita. Tidak jauh dan tidak berjarak. Dan selalu serta kemana saja
kita berada……”Wahuwa Ma’akum Ainama Kuntum” (Aku (Allah)serta kamu di manapun engkau berada).
Inilah
dasar dari pada Ma’rifatullah….. menyadari dan mengerti akan saksi
Hidup nya Allah Swt yang meliputi atas tiap-tiap sesuatu juga pada diri
sendiri. “Wa Fii Anfusikum Afa laa Tub’siruun….” (dan juga pada Dirimu sendiri….. kenapa engkau tidak memperhatikannya?)
Semoga
dengan postingan yang sangat singkat ini bisa menjadi dasar bagi kita
untuk merasakan kehadiran Allah pada diri kita…… yang menunjukkan bahwa
Allah itu sekali-kali tidak lah jauh pada diri kita…. Kemanapun kita
berada. Dan tanpa Allah maka diri kita tidak dapat berbuat apa-apa…..”Laa Tatakharroka illa bi’iznillah……….” (Tidak bergerak sekecil zarrah pun melainkan itu semua dengan Izin Allah).
Lalu …… dimanakah amal yang kita bangga-banggakan itu….?
Dimanakah Ilmu yang kita agung-agungkan itu…..?
Dimanakah pangkat kedudukan yang kita dewa-dewakan itu….?
Maka semuanya kembali ….. hanya Kepada Allah lah segala puji itu Tuhan seru sekalian Alam.
Adapun kita ini hanyalah …. Insan yang tiada daya tiada upaya lagi bodoh…….