Ketika kita berbicara tentang Baitullah, tentu perhatian dan ingatan tertuju kepada Ka’bah yang ada di kota Makkah. Dan
kesucian dari pada Ka’bah memang selalu terjaga dan terpelihara. Di
mana Ka’bah itu adalah pusat pandang dari pada Kiblat orang-orang
Muslim. Pada zaman Jahiliyah Ka’bah merupakan tempat untuk beribadah
bagi para Kabilah-kabilah Khususnya di sekitar tanah Arab.
Dan
di dalam Ka’bah itu di tempatkan patung-patung berhala sebagai sembahan
Orang dikala itu. Ketika di tanyakan kepada mereka tentang Tuhan
pencipta sekalian Alam mereka pun mengatakan percaya kepada yang
menciptakan segala sesuatu. Adapun patung-patung yang mereka sembah itu
hanyalah sebatas refleksi/perwujudan dari pada Tuhan Seru Sekalian Alam.
Ketika
Rosulullah Saw di utus ke muka Bumi maka mulailah Rosul memberikan
suatu pengarahan kepada mereka bahwa apa yang mereka sembah itu adalah
suatu kesalahan yang sangat besar dan sangat fatal sekali.
Dikatakan
oleh Beliau bahwa Tuhan Seru Sekalian Alam itu Laisa Kamislihi Syai’un
(tidak bisa dimisalkan dengan sesuatu apapun). Tuhan itu bernama ALLAH
dan ALLAH itu ESA tidak ada sekutu bagi Nya, meliputi tiap-tiap segala
sesuatu.
Lalu
berjuanglah Beliau bersama para sahabat-sahabat untuk menghancurkan
keyakinan dari pada orang-orang Kafir Quraisy terhadap sesembahannya
yang berupa patung itu dan berusaha untuk menghancurkan patung-patung
sesembahan mereka.
Kurang
lebih 23 tahun lamanya Beliau berjuang dan pada saat Penaklukan Kota
Makkah Beliau masuk ke dalam Ka’bah dan menghancurkan patung-patung
berhala yang ada didalamnya.
Allah Swt berfirman : “Katakanlah
: Akulah Allah yang Esa. Tempat bergantung segala sesuatu. Tidak
beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada satupun yang menyamai ke
Esaan Ku”.
Begitu
jelasnya Allah menyatakan tentang ke Esaan Nya sehingga sesuatu apapun
tidak ada yang menyamai Nya. Itulah yang menjadi dasar sehingga di dalam
Baitullah itu tidak boleh ada patung dan berhala yang mengisinya.
Akan
tetapi setiap Muslim berkeyakinan bahwa Ka’bah itu adalah Baitullah
(Rumah Allah). Sehingga mereka yang semata-mata terfokus kepada Bangunan
Batu yang di sebut dengan Ka’bah itu tidak menyadari bahwa Allah itu
Maha Besar dan rasanya tidak pantas dikatakan bahwa Ka’bah yang terbuat
dari batu dikatakan tempat kediaman Allah (Rumah Allah).
Allah
Swt Maha Meliputi dan tidak terikat oleh ruang dan waktu bahkan
Sayyidina Ali bin Abi Tholib pun pernah mengatakan bahwasanya : “Tdaklah
aku memandang akan sesuatu melainkan aku melihat Tuhan di dalamnya”.
Adapun Ka’bah (Baitullah) itu hanyalah sebagai symbol daripada Persatuan Umat Islam, Poros dari pada persaudaraan sesama Muslim.
Pada
Hakikatnya bukan Ka’bah yang dipandang, bukan Ka’bah yang dituju, bukan
Ka’bah yang dipuja-puja melainkan Allah lah yang meliputi tiap segala
sesuatu.
Pada
Zahirnya menghadap mereka kepada Ka’bah adalah menunjukkan keta’atan ia
kepada Tuhannya bukan menjadikan Ka’bah sebagai sesuatu yang Agung
melainkan yang Maha Agung adalah yang memiliki Ka’bah tsb.
Para Sufi dan para Awliya menekankan tentang Baitullah itu sendiri lebih mengarahkan kepada Qolbu.
“Qolbun Mu’min Baitullah”
Agar
Qolbunya mencerminkan Baitullah maka bersihkanlah terlebih dahulu qolbu
itu dari segala patung-patung berhala. Patung-patung berhala didalam
Qolbu itu ialah : Dunia, Harta, Takhta, Pangkat, Kedudukan.
Awliya
Allah Al-Qutuburrobbani Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani mengtakan : Dunia
boleh engkau ambil sebanyak-banyaknya, Harta dan uang boleh engkau
kantongi sebanyak-banyaknya akan tetapi jangan sampai itu semua masuk
kedalam Hatimu..!
Hatimu adalah Baitullah, maka cukuplah yang mengisinya hanya Allah Semata.
Mereka
yang telah mengosongkan hatinya dari segala sesuatu….. Hanya Allah yang
hadiri disitu…. Kemudian ia Tawajjuh kepada Allah dalam Hatinya maka
pada Hakikatnya sama halnya ia telah bermalam di dalam Baitullah. Dan
tidaklah bagi mereka yang telah bermalam di Baitullah, Allah akan Sayang
dan Cinta kepada nya.