Orang Islam belum tentu beriman.
Orang Islam belum tentu beriman. D engan mengikrarkan dua kalimat
Syahadat serta hati membenarkannya belum bisa dikatakan seseorang itu
dikatakan beriman, akan tetapi dia telah termasuk orang yang memeluk
agama islam. Karena salah satu rukun dari islam itu ialah mengucapkan
dua kalimat Syahadat. Setelah berada di dalam agama islam, maka
belumlah cukup sampai disitu saja. Ia harus menggali dari pada ilmu–ilmu
tentang ke islaman agar tumbuh dalam dirinya keimanan. Sebab keimanan
itulah yang bisa membawa ia kedalam keselamatan, sebagaimana arti dari
pada islam itu sendiri adalah selamat atau keselamatan. Bagaimana
mungkin bisa dikatakan selamat atau masuk di dalam keselamatan kalau
belum tumbuh yang namanya keimanan. Karena keimanan itu adalah isi dari
pada islam, ruh dari pada islam dan kehidupan dari pada islam.Tanpa adanya keimanan maka seseorang yang beragama islam ibarat pohon yang haus akan siraman air yang lama kelamaan akan kering dan mati tanpa menghasilkan buah yang bisa dinikmati hasilnya. Oleh sebab itu bagi siapa pun yang menginginkan keselamatan maka ia haruslah mengerti tentang keimanan. Dan keimanan itu tidaklah sekedar dikata melainkan perlu adanya bukti yang bisa dirasakan.
Diantara bukti–bukti kebenaran adanya Allah yang di luar dari diri kita seperti tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi, matahari yang selalu bersinar terbit dari timur dan tenggelam di barat, silih bergantinya siang dan malam, lautan yang luas sejauh mata memandang yang disertai ombak yang bergelombang dan buih di pesisir pantai, angin yang bertiup kencang dan terkadang sepoy–sepoy, suara guntur yang nyaring membuat hati orang gemetar karena lalai dari mengingat Allah sesekali diselingi dengan kilatan petir yang menyambar dsb. Begitu pula bukti–bukti Allah yang sangat dekat dengan diri kita adalah terangnya mata sehingga bisa melihat, pendengaran, penciuman, naik turunnya nafas, detakkan jantung, aliran darah dsb. Itu semua menunjukkan bahwa Allah lah yang menganugrahkannya kepada kita, yang kesemuanya itu tidak terlepas dari pada Qudrat dan Iradat Allah SWT menjadi pelajaran bagi yang mau memikirkannya. Lalu kenapa banyak yang tidak mempercayainya?.
Sungguh siapa yang beriman kepada Allah melalui bukti–bukti yang nyata, maka kebaikkan kembali kepada diri mereka sendiri dan siapa yang tidak beriman (tidak mempercayainya) maka kerugianlah yang akan ia dapatkan. Islam itu menuntut adanya kepercayaan yang menyeluruh, baik di hati, perkataan maupun perbuatan. Sehingga bagi mereka yang sudah beriman tentu hatinya menjadi bersih dari pada riya, sum’ah, sombong, takkabur, was–was, bimbang, takut dll. Dan akan terganti kepada sifat ikhlas, ridho, sabar, rendah hati, tawakkal, khusnuzhon (baik sangka kepada Allah), percaya dan yaqin akan Allah SWT. Kemudian setelah hatinya menjadi bersih, maka perkataannya akan menjadi halus dan sopan serta perbuatannya menjadi contoh tauladan yang baik di dalam kasih sayang, tolong menolong, hormat menghormati, arif dan bijaksana dalam sikap. Itulah orang yang benar–benar beriman/percaya kepada Allah SWT, dan dirinya akan menjadi rahmat bagi sekelilingnya, di butuhkan oleh orang lain, serta dihormati dan disegani oleh orang lain. Sehingga martabatnya menjadi agung di mata orang banyak dengan seizin Allah, karena Allah akan mengangkat derajat dari pada orang–orang yang betul–betul beriman baik di dunia maupun sampai di akhirat kelak.
Allah SWT berfirman :
“Hai
orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah
dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah,. Dan
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujaadilah :11)
Orang beriman dan Orang yang mengaku beriman.
Tidak
semua orang islam benar–benar dinyatakan beriman, ada juga mereka yang
masih mengaku beriman dikarenakan dari hatinya, perkataannya dan
perbuatannya belum mencerminkan keimanan. Ia masih suka berbuat akan
kemaksiatan, kemungkaran dan kejahilan. Belum lagi di dalam hatinya yang
selalu buruk sangka kepada Allah, protes terhadap keputusan–keputusan
yang telah ditetapkan Nya. Diberikan hujan ia mengeluh, didatangkan
panas juga mengeluh. Apabila di berikan kebaikan atasnya oleh Allah, ia
kikir. Sungguh fitrah manusia itu diciptakan oleh Allah selalu berkeluh
kesah. Kecuali mereka yang mengerti dan mengenal akan Allah.
Sebagaimana yang telah di Firmankan oleh Allah SWT :
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila mendapatkan kebaikan ia kikir. Kecuali orang-orang yang shalat. Yang mereka itu tetap shalat tiada putus–putusnya”. (QS. Al – Ma’aarij : 19 – 23)
Itulah
manusia, ada yang mengerti dan ada yang tidak mengerti. Karena itu
seseorang haruslah benar–benar masuk di dalam Iman yang sempurna, iman
yang membawa kepada keselamatan. Tidak hanya sekedar mengaku beriman
tetapi hati masih didalam ketidak tenangan. Sungguh sangat disayangkan
apabila sudah masuk di dalam agama islam tetapi tidak mengerti tentang
keimanan, dan tetap tidak perduli apakah ia sudah benar beriman ataukah
hanya sekedar mengaku beriman.
Untuk
itu sudah patut dan selayaknya bagi kita untuk merenunginya agar
betul–betul kita bisa masuk di dalam keimanan yang sempurna dan
menyeluruh. Sehingga tidak sia–sia bagi kita memeluk agama islam dengan
bertuhankan Allah SWT yang Maha Esa dan bernabikan Muhammad Rasulullah
SAW nabi penutup dari sekalian para nabi.
Iman
yang sempurna adalah iman yang melekat pada hati seseorang dengan
merasakan kedekatan serta Allah, yang melalui kedekatan itu jiwanya
menjadi tenang dan damai. Walau apapun permasalahan di dalam kehidupan
dunia, ia hadapi dengan lapang dada dan tetap berikhtiar mencari jalan
keluar dari permasalahan tsb dengan tidak melupakan bertawakkal kepada
Allah SWT. Keyakinan seperti itulah yang akan merubah kehidupannya
menjadi lebih baik di dalam keridhoan Allah SWT.
Memang
di dalam kehidupan dunia ini setiap permasalahan selalu ada dan akan
datang kepada siapa saja, tinggal bagaimana cara kita untuk
menghadapinya. Tetaplah ingat kepada yang mendatangkan setiap
permasalahan–permasalahan itu dan menyerahkan segala urusan tsb kepada
Nya, maka Insya Allah akan didapatkan ketenangan jiwa dan kekuatan untuk
menghadapinya serta akan dibukakan jalan keluar baginya apabila
mengalami kesulitan–kesulitan tsb.
Allah SWT ber Firman :
“(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram”. (QS, Ar-Ra’d : 28)
Karena
itu di dalam kemelut dunia saat ini yang penuh dengan beraneka macam
kemaksiatan dan kemungkaran, sudah sepantasnyalah kita tingkat kan
keimanan dan keyakinan kepada Allah SWT agar jiwa mendapatkan
keseimbangan dan kekuatan sehingga kita bisa mengatasi segala problem
kehidupan yang ada bahkan mungkin pengetahuan tersebut bisa kita
wariskan turun temurun kepada anak cucu kita. Sebagaimana Allah SWT
memperingatkan kita di dalam Firman Nya :
“Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan”. (QS, At-Tahrim : 6)
Tentu
merekalah orang–orang ber akal yang mau berfikir tentang masa depannya
kelak yang mana mereka tidak menginginkan keburukan terjadi pada dirinya
di suatu saat nanti, maka mulai pada saat ini ia cari pengetahuannya
agar bisa menjadikan dirinya dan keluarganya menjadi terlebih baik.
Itulah perbedaan antara orang – orang yang benar – benar beriman dan
orang–orang yang hanya sekedar mengaku beriman, yang satu hatinya
melihat dan yang satunya lagi hatinya buta. Dijelaskan Allah di dalam
Firman Nya :
“Maka
apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati
yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan
itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang
buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”. (QS, Al-Hajj :
46)
“Dan
barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat
(nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang
benar)”. (QS, Al-Israa’ : 72)
“Dan
sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari
jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya
untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi)
tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar
(ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka
lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”. (QS, Al –A’raaf
:179)