Minggu, 11 Agustus 2013

AWAL PENCIPTAAN BISMILLAH


AWAL PENCIPTAAN BISMILLAH
Sebutir debu serta kesekejapan hidup diubah melalui tradisi menjadi sebuah bintang di cakrawala, yang diberkahi dengan kemapanan dan merefleksikan keabadian Tuhan. Menurut doktrin tradisional, realitas batin alam semesta mengungkapkan dirinya melalui mata batin atau penglihatan intelektual, “karena mata batin merupakan alat persepsi yang berdasarkan keselarasan, sekalipun diatas bidang korporeal”.
Dalam makrokosmos, keselarasan alam semesta terwujud pada taraf realitas yang lebih tinggi dan menjadi suram serta semakin samar dalam tingkat kosmos yang semakin rendah, karena jauh sebelum Tuhan menciptakan manusia pertama, yakni Adam As (Abul Basyar) Tuhan yang Maha Agung lebih dulu menciptakan suatu alam yang disebut “Alam Jabbarut Malaakut”, dan dihuni oleh para malaikat-malaikat Allah yang tak terbilang banyaknya.
Sebagian dari kelompok para Malaikat-Malaikat Allah tersebut adalah kelompok Malaikat Muqarrabin, Malaikat Kurubiyyin, Malaikat Kiraman Katibin, Malaikat Arsyi, Malaikat Hafadzah dan Malaikat Aran Jabaniyyah, Malaikat Arsyi. Dan masih banyak lagi golongan Malaikat-malaikat lainnya yang tidak dapat disebutkan disini.
Para malaikat-malaikat ini masing-masingnya mempunyai sayap, yang sayapnya saja secara langsung melambangkan “Hakikat realitas penerbangan dan pendakian melawan seluruh hal yang merendahkan derajat serta menurunkan kekuatan atas dunia ini, yang akhirnya mengantar pada kebebasan dari kungkungan duniawi yang serba terbatas”. Seperti tersebut didalam Firman-Nya : “ Segala puji bagi Allah pencipta langit dan bumi yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai urusan) yang mempunyai sayap masing-masing (ada yang) dua, tiga empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa Atas Segala Sesuatu”. (Q.S. 35 : 1).
Menurut doktrin tradisional, “Alam Jabbarut Malakut” terdiri dari tujuh lembah pegunungan kosmik “Qaf” yang pada puncaknya terdapat singgasana Tuhan (Al-Arsy). Tuhan yang menciptakan singgasana (Al-Arsy) dari jambrud hijau dan keempat tiangnya terbuat dari batu merah delima, yang dibawa oleh delapan Malaikatul Arsy, yang selalu bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya. Ketujuh lembah “Qaf” itu sendiri, adalah Lembah Thalab (pencarian), Lembah Isyq (cinta), Lembah Istighna (kepuasan), Lembah Hayrat (kekaguman), Lembah Faqr (kemiskinan), Lembah Ma’rifah (gnosis), dan Lembah Fana (lebur).
Dimasing-masing ketujuh lembah pegunungan kosmik “Qaf” ini terdapat (tersimpan) tujuh buah huruf Al-Hijaiyyah, yakni huruf-huruf yang ada pada kalimah suci “Bismillah”. Pegunungan kosmik “Qaf” merupakan pesona spiritual dari keindahan dan keAgungan Tuhan, yang selalu menjadi pintu gerbang untuk masuk kedalam lautan rahasia Tuhan, yang dimulai dengan kerinduan kepada-Nya, dan bergerak secara perlahan menuju penyingkapan “hakikat Bismillah” yang suci dan mensucikan, dan akhirnya mencapai peleburan (Fana) dengan melintasi horizon esoterisme “Qaf” yang sangat luas dan tanpa batas. “Qaf, demi Al-Qur’an yang sangat mulia” (Q.S. : 50 : 1)
Ekspresi universal kehidupan “Alam Jabbarut Malaakut” dan jalan inisiatik, dimungkinkan oleh tingginya tingkatan spiritual (maqam) yang sekaligus menjadi awal cikal bakal penciptaan langit dan bumi yang pada waktu itu (di alam jabbarut malakut), langit masih berupa asap, asap yang keluar dari ketujuh lembah “Qaf”, kemudian Allah satukan dan dari asap tersebut dijadikannya tujuh lapis langit. Seperti tersebut dalam firman-Nya: “ Yang menciptakan tujuh lapis langit “ (Q.S. : 67 : 3). Dan firman-Nya lagi : “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit yang kala itu masih berupa asap” (Q.S. : 41 : 11). Setelah tujuh lapis langit terbentuk, kemudian Allah Swt menciptakan tujuh lapis bumi yang diambil dari pegunungan kosmik “Qaf” pula. “ Allah-lah yang mnciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi” (Q.S. : 65 : 12)
Catatan : Pengertian mengenai penciptaan langit dan bumi ini adalah “langit akhirat dan bumi akhirat”, karena setelah penciptaan langit dan bumi akhirat ini, Allah Swt menciptakan tujuh surga dan tujuh neraka, barulah langit dan bumi dunia Allah ciptakan dalam masa yang pada saat itu bumi masih dalam keadaan gelap gulita.
Seperti yang Allah Swt firmankan didalam Al-Qur’an : “Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi, dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan kami sedikitpun tidak ditimpa kelelahan “ (Q.S. : 50 : 38)
Tuhan Yang Maha Esa menciptakan dunia setelah DIA (Allah) menciptakan surga dan neraka berikut wildan dan bidadari. Dunia saat itu masih dalam keadaan gelap gulita, dan setelah Nabi Adam As dan Siti Hawa terusir dari surga, kemudian turun ke dunia, barulah Allah Swt menciptakan cahaya yang menerangi dunia (matahari-bulan-dan bintang), walau sebenarnya penciptaan cahaya (cahaya Muhammad) ini lebih dulu dari pada penciptaan Alam Jabbarut Malaakut, yakni “Nur Muhammad”
Tuhan adalah “cahaya langit dan bumi”. Demikian penegasan Al-Qur’an yang kemudian dimensi kosmogonis dan kosmologisnya diperkuat oleh Rasul Saw. Dengan sabdanya : “Yang pertamakali diciptakan oleh Tuhan adalah cahaya”.
“Cahaya bagaikan kutub-kutub spiritual yang menyala, laksana norma dan teladan-teladan yang hidup dan menjadi perhatian para pencari kebenaran dimana dan kapanpun yang sekaligus merupakan realitas surgawi dibalik bentuk keduniawian”.
“Hakikat Bismillah adalah gema panggilan Tuhan kepada manusia untuk kembali ke sumber spiritualnya“ (Faridhal Attros Al’Kindhy)***