Minggu, 09 Maret 2014

awal kejadian


Alhamdulillaahilladzi anzalanuru dzatullaahi Aa’ala Azallalunnurul anwari hasani rabbani.
Alhamdulillaahi rabbil ‘alamin wassalatu wassalamu ala millati Rasulullaah Sollallohu alaihi wasallam wa ashabihi ajma’in.
Dengan nama Allah yang pengasih dan penyayang, bahwa atas pengasihan dan kemurahan-NYA nyatalah, maka disini para Tasyauf seperti Syech Syamsul Tabarrin, Syech Shufyan Tauricd, Ahmad Badaruddin serta beberapa Syechul Arifin dan Musanich, dapat membimbing kami para muslim sekalian, atas jalan-jalan yang benar, agar dapat kami mengenal kepada “Allah” Choliqul Alam.
Bahwa dalam riwayat ini mereka menerangkan keadaan pada zaman entah berentah, gaib bergaib.
Pada zaman tersebut yakni pada kekosongan belaka dan pada waktu itu masih belum ada sesuatu seperti “Arasy dan Kursyi”, “Lauh dan Qalam”, “Surga dan Neraka”, “Langit dan Bumi”, “Lautan dan Daratan”, “Bintang, Bulan dan Matahari”, maka hanya Allah Subhanahu wata’ala jua yang ada berkuasa, yang dikatakan :
“La ilaha illallah”
(“Tiada Ada Tuhan selain dari Allah”)
Bahwa pada zaman kekosongan ini serta ketiadaan manusia pada waktu itu, maka siapakah yang kelak memuji kepada-Nya?
Oleh sebab itu atas pengasih dan kemurahan Nya, Allah berkehendak menjadikan manusia, maka dahulu daripada manusia, atas kemurahan dan pengasihNya Allah menjadikan atau menyediakan alam, tempat tamasya manusia yang dipenuhi dengan berbagai-bagai rahmat dan rezeki manusia, karena Allah jua yang maha mulia dan maha besar kuasaNya.
Sesungguhnya Allah itu tidak boleh disamakan dan diumpamakan dengan segala sesuatu apapun jua.
“Laitsa kamislihi syai’un wahuwas sami’un alim”
Dikatakan didalam alam kekosongan tetapi Allah sudah lebih dahulu ada dan tersdeia. Allah berdiri secara Roh.
Roh berasal dari kata Rieh dalam Bahasa arab artinya angin. Roh itu disebut juga Rohullah, atau Rohul Kudus, atau Rohul Jahafi, atau Rohul Lathifurabbani, yakni Roh Allah yang Suci.

Roh itu mempunyai dua sifatNya yang berlebih-lebihan ialah :
1. Sifat Qohhar, artinya Maha Teguh
“Wahuwa wahidul Qahhar” artinya Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala itu Tunggal dan Esa, tetapi mempunyai kekuasaan yang teguh.
2. Sifat Muhiet, artinya Maha Meliputi
“Innallaha ‘ala kulli syai’in Muhiet” artinya sesungguhnya Allah subhanahu wat’ala itu dapat meliputi dalam seru sekalian alam.
Bahwa dua sifat yang berlebih-lebihan itu seperti Qohhaar dan Muhiet ini disebut “Kun Faya Kun” maka apa yang dikehendakinya pasti jadi dan berlakulah.
Bahwa dalam Sier, maka “Kun” berarti Hayat, “Faya” berarti Mati dan “Kun” berarti Hidup Kembali. Bahwa pada awalnya hidup, maka ahirnya sesudah mati pasti hidup kembali.
Syukur Alhamdulillah, bahwa atas berkat kedua sifat kebesaranNya itu maka kehendaknya jadilah seperti kenyataan dibawah ini.
Bahwa atas kuasa serta pengasihanNya, maka mula-mula Allah menciptakan ciptaannya yang terawal yakni mula-mula Roh itu memancarkan sinarnya yang amat indah.
Maka terjadilah sesuatu Nur yang terawal, Nur Muhammad namaNya. Nur itu berbentuk seperti sebuah huruf Mim Awal yang tidak bersangkut paut kekiri dan ke kanan dan beginilah rupanya Nur ini adalah kejadian yang pertama, menurut kenyataan “Awwal ma Cholaqollahu Ta’ala Nur” Bahwa Tiada segala sesuatu yang terlebih dahulu dijadikan oleh allah, selain daripada Nur Muhammad”. Nur itu menoleh ke kiri dan ke kanan tetapi tiada sesuatu apapun yang tampak olehNya. Nur itu menakbirkan dirinya, karena sangkanya bahwa ia sudahlah yang menjadi Allah, akan tetapi kasihan, ia tak dapat menciptakan sesuatu apa juapun oleh sebab kadua sifat kebesaran Allah seperti :”Qohhar dan Muhiet”. Tak ada padanya sesungguhnya kedua sifat kebesaran itu Tak ada padanya akan tetapi bagiNya, Allah menganugerahkan 4 (empat) sifat kelebihanNya seperti : Sidiq, Amanah, Tabligh, Fathonah
1. Sidiq, artinya kebenaran Allah ada padaNya
2. Amanah, artinya Kepercayaan Allah ada padaNya
3. Tabligh, artinya Muhammad senantiasa dapat menyampaikan firman Allah kepada hambaNya di dunia dan seruan hamba kepada Allah
4. Fathonah, artinya yakni dengan fasheh dan sempurna ia tidak pernah mengurangkan pun tak pernah melebihkan.
Kini terang dan nyatalah bagi seluruh jumaat Tasyauf sekalian bahwa Muhammad itu adalah kekasih Allah Subhanahu wata’ala adanya dan berarti Muhammad itu menjadi tempat pertemuan antara hamba dengan Allah Choliqul alamin.
Bahwa tiada segala sesuatu apapun jua yang dapat nampak oleh Muhammad, maka kabarNya :“Allastu Bi Robbikum”
Yakni Muhammad menakbirkan dirinya, bahwa ialah Tuhan bagi seru sekalian alam.
Takbir Muhammad itu senantiasa diketahui oleh Allah, akan tetapi Muhammad tidak mengetahui bahwa adanya Allah. Akan tetapi atas pengasihan Allah, maka tiba-tiba Muhammad mendengar sesuatu bunyi yang amat manis dan merdunya, itulah suara yang terawal dari segala suara, yang berbunyi :”Assalamu alaikum Ya Muhammad Rosulullah”.
Firman Allah yang Mutaqaddim terdengar Muhammad, maka Muhammad pun terkejut seraya Muhammad pun terus mengerti bahwa sesungguhnya dan Benar, suara itu adalah suara Allah yang artinya “Selamat dan damai atasmu hai Muhammad Rosulullah”.
Terdengar oleh Muhammad akan sesuatu yang manis itu, maka ia berkata dalam hatinya bahwa itulah suara Allah, seraya Muhammad pun menjawab :”Wa ‘alaikum salam wa Rahmatullah” artinya Selamat dan damai jualah atasmu dan aku jadi atas RahmatMu ya Allah.
Bahwa salam Allah dapat di dengar oleh Muhammad dan dapat ia mengerti akan makna salam tersebut. Maka dijawabnya, dengan suara yang amat lemah lembut dan manisnya.
Karena salam Allah telah terbalas oleh Muhammad, maka atas Pengasihan Allah, dengan sekejap mata jua dari dalam roh itu terbitlah suatu Nur, yang teramat lebih indah dan gemerlapan dari Nur Muhammad.
Nur itu berdiri sebagai Sebuah huruf alif dan Nurullah namaNya, inilah rupanya : , Sesungguhnya Alif itu Nurullah, tetapi hadirlah ia pada kejadian kedua.
Huruf Mim Awal itulah “Dzatullah” dan Huruf Alif itulah “Sifatullah” sekarang Nurullah telah hadir dan berhadap hadapan dengan Nur Muhammad, maka Nur Muhammad pun bersujud dihadirat Nurullah seraya mengucapkan “Asyhadu Ala ilaha illallaah” artinya Aku mengaku dengan sesungguhnya bahwa tiada ada Tuhan yang kusembah selain dari Allah.
Bahwa atas perjanjian suci dan pengakuan Muhammad di hadirat Allah itu, maka Allah pun berjanji dan mengaku “Wa asyhadu anna Muhammadar Rosulullah “ artinya aku mengaku dengan sesungguhnya engkau jualah Rosul Allah.
Bahwa terjadilah pengakuan suci ini antara Allah dan Muhammad, maka seketika itu juga terbukalah pintu nur Muhammad itu dengan riangnya. Maka Nurullah pun menerjunkan didalam tubuh Nur Muhammad, maka lengkaplah Nurullah itu semasih dalam alam Gaib.
Karena begitullah jadinya, maka kedua Nur itu menjadi satu yang Esa dan Kekal dengan namaNya “Ahmad”
Inilah rupaNya Ahmad atau Wahid berasal dari bahasa Arab yang artinya “Satu yang Esa”. Inilah hakekatnya Suratul Ikhlas.

Inilah nama yang suci bagi dunia dan akhirat serta kekallah untuk selama-lamanya. Ahmad jualah pencipta yang ulung nanti oleh sebab dalam perlindungan Allah di dalam Muhammad, maka hak kekuasaan Allah dan kelebihannya seperti Qohhar dan Muhiet, kini telah menjadi hak milik Muhammad jua adanya.
Hak “La ilaaha illallah” menjadi hak Muhammad Rosulullah. Achmad bisa menjadikan, pun bisa mematikan.
Kini Syukurlah Ahmad/Muhammad telah memangku 6 (enam) sifat kebesaran seperti :
1. Qohhar (Maha Teguh)
2. Muhiet (Maha Meliputi)
3. Shidiq (Kebenaran)
4. Amanah (Kepercayaan)
5. Tabligh (Menyampaikan)
6. Fathonah (Pintar)
Atas Pengasih Allah, Muhammad sudah memangku enam sifat kebesaran dengan namaNya Achmad. Achmad pencipta yang ulung dan benar, daripada awal hingga pada akhirnya Dhohir hingga pada Bathinnya.
Achmad atau Hu, Hu artinya dia, dan dia itu bagi laki-laki. Pikirlah baik-baik bahwa atas kemurahan Allah, kini Ahmad pencipta yang ulung itu berkehendak untuk menyatakan ciptaanNya.
Mula-mula Achmad memancarkan sedikit sinarnya maka dari pancaran itu terjadilah suatu lautan yang amat luas, bernama “Baharudjdjauhaar” artinya “Lautan yang berkilau-kilauan”.
Lautan tersebut ada 7 (tujuh) macam Rasanya, Rasa laut itu nanti terdapat juga pada diri manusia, umpanya rasa :
1. Rasa Tawar, itulah air liur
2. Rasa Asin, itulah keringat
3. Rasa Payau, itulah air mata
4. Rasa Pahit, itulah air empedu, nanti keluar dari telinga
5. Rasa Manis, umpama air mani
6. Rasa Pedis, umpama air perut
7. Rasa Pahat, umpama hingus.
Bahwa dalam ciptaan ini mula jadilah :
I. Uap Laut jadilah :
1. Arasy
2. Kursyi
3. Lauh
4. Qalam
5. Syurga
6. Neraka
II. Asap Laut menjadi :
7. Langit
III. Surutnya Laut Menjadi :
8. Tanah
9. Sebagian Laut itu di tarik oleh tanah menjadi air tawar
10. Sebagian tinggal tetap menjadi air asin
IV. Sinar Laut Menjadi :
11. Bintang
12. Bulan
13. Matahari untuk merawat sekalian alam dunia, pun menjadi pedoman bagi manusia nanti, dalam perjalanan hidup di alam tamasya ini bila pada kegelapan.
Kini ternyatalah oleh muslim sekalian bahwa atas kuasa dan kemurahanNya terhadapa hambaNya, kini telah tersedialah dunia dan akherat di dalam tiga belas (13) perkara, pada enam hari dan enam malam. “Cholaqossama wati wal ardha min sittati ayyam”.
Syukur alhamdulillaah padaMu Ya Allah, bahwa engkau jualah yang maha Pengasih dan Penyayang serta atas kemurahanMu Ya Allah, ciptaanMu kini tersedialah dunia dan akherat atau langit dan bumi yang kelak berguna bagi kami dari sekarang hingga selama-lamanya.

Amiin Ya Robal Alamaiin.